Kerja sama Bappeda dengan UKDW dalam Isu Lansia dan Disabilitas
Bappeda Kota Yogyakarta memenuhi undangan dari Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW) untuk penjajakan kerja sama dalam isu lansia dan disabilitas. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang pernah diadakan di Bappeda. Hadir dalam pertemuan tersebut Dr, Imelda Irmawati Damanik, S.T., M.A(UD) selaku Dekan FAD UKDW dan Dr.-Ing. Ir. Winarna, M.A yang merupakan Ketua Program Studi Magister Arsitektur UKDW. Selain itu, ada 10 laboratorium UKDW yang turut menghadiri pertemuan. Diantaranya Laboratorium Kebencanaan dan Sosial-Inklusif, Kota dan Permukiman, Laboratorium Perancangan Arsitektur, Laboratorium Desain Inklusi, dsb.
Agus Salim, M.A., sebagai Kepala Bidang PPM Bappeda Kota Yogyakarta menjelaskan pentingnya kajian mengenai kawasan inklusif yang bisa menjadi panduan dalam merumuskan kebijakan (evidence-based policy). Untuk melakukan kajian tersebut, universitas perlu digandeng karena memiliki sumber daya serta kapasitas untuk melakukannya. Sebagai awalan dari kerja sama ini, bisa dimulai dari tingkat kemantren, ditambah Kota Yogyakarta terhadap Forum Kemantren Inklusif yang memiliki fungsi strategis dalam mengadvokasi kebutuhan penyandang disabilitas. Dian Siti Komariah, S.Psi., selaku penelaah teknis kebijakan di bidang PPM Bappeda Kota menambahkan tentang Rumah Layanan Disabilitas (RLD) yang bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas. Dengan hadirnya RLD maka akan menjadi penghubung antara kebutuhan lansia dengan penyedia layanan. Beberapa layanan yang dapat dikelola dalam RLD antara lain informasi pekerjaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dsb.
Pada sesi sharing, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bersama. Diantaranya tentang penyandang disabilitas yang menggunakan motor modifikasi (yang memiliki 3 roda) yang kesulitan dalam mencari tempat parkir. Mereka sebenarnya ingin bisa juga mengunjungi tempat-tempat publik, akan tetapi tidak menemukan tempat untuk parkir motor. Selain itu, penyandang disabilitas juga membutuhkan informasi tentang tempat-tempat yang representatif bagi mereka serta ramah disabilitas.
Pada akhir acara, Bappeda Kota Yogyakarta diajak untuk melihat berbagai produk hasil penelitian mereka yang berhubungan dengan desain inklusif. Diantaranya motor dan kursi roda modifikasi bagi penyandang disabilitas. Dari pertemuan ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antar berbagai stakeholder sehingga mampu menciptakan Kota Yogyakarta yang inklusif.